Wednesday, June 26, 2019

Mengingkari Pernikahan

Dulu cita-citaku jadi dokter.
Sekarang cita-citaku jadi Nagita Slavina.

Banyak ya meme dengan quote kaya itu setelah melihat ketajiran Nagita Slavina. Yang punya privilege (cieh bahasa gue macem juri masterchef) beli tas, make up, skinker sesuka hati. Beli tas puluhan juta bagaikan beli kacang. Saya aja beli Kinderjoy di Indomaret mikir seribu kali. Kasta, lol.

Di antara gelimang harta, banyak wanita-wanita netijen yang mengakui kesabaran Nagita sebagai seorang isteri. Pun saya. Bagi saya, Nagita Slavina adalah sosok perempuan tersabar setelah mama saya, wkwkw.

Baca juga tentang RA-NS yang pernah saya tulis di sini.

Tapi buat saya, dari sekian privilege yang Nagita punya, satu yang saya mau. Bukan soal tas. Saya ngga doyan beli tas. Biar beli yang dipake ya itu lagi itu lagi. Skinker, ehmm bolehlah. Tapi itu soal lain.

Yang benar-benar saya inginkan adalah kebebasan.

Kebebasan berucap, "yaudah sok, kamu mah kalo mau nikah lagi, terserah. Ngga usah mikirin aku."-Kita pisah. Bukan yang "yaudah sok silakan nikah lagi, aku ngga papa kok". Tapi hati nyesek tapi gimana lagi, hidup gue bergantung sama laki, TT_TT. (Baca: Tentang Perceraian)

Pas Raffi ngomong mau poligami di konten pranknya, melihat reaksi Nagita kaya gitu emang mikir ni cewek hebat banget bisa mengelola emosinya di tempat umum. Keren karena bilang sama mama nya dan mama mertua untuk tidak ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Yaa sesosok perempuan yang bisa dikagumi setelah saya mengagumi mama saya. Kagum. Tapi enggan menjadi.

eegimana katanya pengen tapi ngga mau menjadi. Iya, ketegasan menolak dipoligami ketika suami ngga bisa menjelaskan kekurangannya isteri. Enggan menjadi karena yaahh mending saya ngga punya stok sabar yang banyak kaya Nagita deh. Mending saya biasa-biasa wae lah, tapi hidup tenang punya suami yang menyejukkan hati aja.

Saya inget kata-kata Raffi, "Mending aku ngomong daripada aku nikah diem-diem kan". Itu kayanya kata-kata yang sering diucapkan oleh laki-laki yang hendak berpoligami ya. Kalau nikah tanpa ijin isteri itu jatuhnya selingkuh ngga sih?

Saya mau bahas dari kacamata saya ya. Sudut pandang saya sebagai seorang perempuan yang sudah berstatus seorang isteri. Dulu, apa yang saya pikirkan (mungkin) sama seperti kebanyakan orang. Selingkuh adalah penyebab masalah, cerai misalnya.

Rumpi A: Bu ayeaye cerai loh
Rumpi B: Loo, kenapa emangnya? Kok cerai sih?
Rumpi A: Iya, suaminya selingkuh.
Rumpi B: Wah kok bisa ya? Padahal Bu ayeaye cantik banget, baik, ngga ada kurang-kurangnya deh kayanya.

Highlight-nya adalah selingkuh maka cerai. Padahal ada kalimat tanya setelahnya. Kok bisa ya?

Menurut Psikolog Roslina Verauli MPsi, perselingkuhan didefinisikan ketika hati seseorang telah mendua. Umumnya perselingkuhan disebabkan oleh beberapa permasalahan yang sedari dulu sudah merundung hubungan suatu pasangan. Namun, sebagian cenderung mengabaikannya sehingga memberi peluang untuk orang ketiga.
"Harus dipahami dulu kasusnya. Seperti apa hubungan mereka selami ini? Apakah suami atau istri yang berselingkuh baru melakukannya sekali atau sudah berkali-kali. Motif setiap orang itu kan berbeda, ada yang merasa bangga kalau punya pasangan lebih dari satu, pengalaman seksual, dan kadang-kadang ada juga yang hanya sekadar untuk balas dendam," tutur Roslina Verauli saat dihubungi Okezone via telepon, Jumat 23 Februari 2018.
Dikutip di sini.

Jadi memang sebetulnya sebelum laki-laki atau perempuan selingkuh pasti ada sebab di belakangnya.

Katanya komitmen, komunikasi, dan kompromi (baca ini) adalah sebuah kunci sukses kebahagiaan pernikahan. Ketiganya dibutuhkan. Tapi nyatanya ngga semua pasangan yang punya komitmen dalam pernikahan bisa diajak berkomunikasi dengan baik apalagi kompromi.

Dulu, jauh sebelum nikah, pas sore di kantor saya nyempetin untuk gabut demi nonton drama korea. Saya nonton On the way to the airport (OTWTTA). Tentang perselingkuhan yang "tidak disengaja".

Spoiler alert
OTWTTA menceritakan Choi Soo Ah seorang pramugari dan suaminya, Park Jin Seok, seorang pilot. Pramugari dan pilot adalah kombinasi yang pas untuk waktu super mini untuk quality time. Jackpotnya, mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Bukan soal pertengkaran yang melulu terjadi. Jarang bertengkar malah. Choi Soo Ah lebih memilih untuk diam daripada ribut sama suaminya. Choi Soo Ah yang selalu ketakutan memulai perbincangan dengan Park Jin Seok yang punya kuasa dan dominasi atas setiap kehidupan keluarga mereka. Setiap keputusan diambil oleh Park Jin Seok. Sosok patriarki yang mantul.

Selama sekian tahun menikah, Choi Soo Ah melayani suami dan mendidik anak dengan sangat baik. Meski dirundung kecemasan saat ingin memulai diskusi serius (boro-boro serius, hal remeh aja, Soo Ah takut sama lakinya) bahkan soal anak meski ujung-ujungnya A tetap A. Di mana A adalah kata suami. Sampai akhirnya di tengah kekakuan hubungannya dengan suami, secara ngga sengaja Soo Ah bertemu Seo Doo Woo, seorang suami sekaligus bapak yang baru kehilangan anaknya.

Nyaman dan nyambung adalah awal dari tidak sengaja hingga menjadi mencari alasan untuk bertemu. Meski Soo Ah selalu sadar bahwa yang dilakukannya adalah kesalahan.

Singkat cerita Choi Soo Ah bercerai. Pun Seo Doo Woo.

Pas dulu nonton drama tersebut, saya sudah membayangkan kalau saya jadi (amit-amit) Soo Ah apakah mungkin akan melakukan hal yang sama. Sekian tahun hidup dengan suami yang makan ati dengan sabar. Kemudian dipertemukan dengan sosok ternyaman. Apakah mampu bertahan dalam pernikahan? Bertahan? Lalu apa makna pernikahannya? Pertanyaan-pertanyaan itu masih menjadi pertanyaan sampai saat ini saya menikah dan bercabang menjadi pertanyaan-pertanyaan lainnya. Rumit.

Lain Soo Ah lain Ahmad Dhani. Katanya, doi berpisah (yang katanya selingkuh dulu meski dibantah) karena Maia terlalu kuat sebagai seorang wanita. Apapun bisa Maia kerjakan sendiri. Ahmad Dhani butuh sosok perempuan yang bisa dilindungi oleh seorang laki-laki yang ia temukan dalam diri Mulan.

Ada banyak hal penyebab orang berselingkuh. Pasangan cerewet, pasangan ngga bisa apa-apa, ngga bisa diajak diskusi, merasa diabaikan, endesbre-endesbre. Tapi ada juga pasangannya sempurna (menurut orang), tapi kok masih diselingkuhi? Selain kesempurnaan ada di mata orang lain, balik lagi kata Mba Vera, ada seseorang yang merasa bangga kalau pasangan lebih dari satu. Ada yang merasa hidupnya terlalu datar sehingga mencoba adrenalin baru dengan selingkuh. Setelah itu kapok. Tapi banyak juga yang hobi. Hobi jare. Jangan menutup mata, banyak yang poligami dengan 4 isteri tapi masih punya simpanan sana sini.

Mulai pusing mau dibawa ke mana tulisan ini saking banyaknya pikiran-pikiran di otak.

Banyak nasihat-nasihat pernikahan, "Kalian begitu karena tidak ada komunikasi di antara kalian. Coba komunikasikan apa yang menjadi uneg-uneg ke suami/istri. Saling terbukalah". Berkaca dari Soo Ah dan Jin Seok, rasanya tidak semua pasangan punya skill berkomunikasi yang baik. Tidak semua pasangan bisa berkomunikasi lancar kaya jalan tol. Boro-boro masalah ada jalan keluar bisa jadi malah ada piring terbang. Jadi yawislah simpen aja. Rumit memang.

Katanya pernikahan itu komitmen. Kata pernikahan itu butuh setia. Katanya setia itu adalah ketika ada banyak pilihan kita tetap teguh pada satu. Katanya pernikahan itu butuh dipelihara. Yes. Butuh dipelihara. Jadi butuh cinta, butuh usaha, butuh waktu. Kan katanya Marriage is not a noun. Its a verb.

Setelah beberapa tahun menikah, ditambah kesibukan kerja dan mengurus anak, bersikap romantis menjadi urutan paling bawah dalam prioritas. Padahal, agar pernikahan awet kita perlu mengulangi rasanya jatuh cinta dengan pasangan. Berkurangnya getaran cinta dengan pasangan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, tetapi biasanya karena kurang menyediakan waktu untuk bersama. Getaran cinta sendiri menurut psikolog Roslina Verauli adalah sesuatu yang bisa mendorong kita bersikap lebih romantis.


Pasangan yang bisa mempertahankan pernikahannya sampai puluhan tahun dan tetap mesra, menurut Vera adalah pasangan yang mampu jatuh cinta berulang-ulang. "Mereka bisa tetap romantis seperti saat pacaran," katanya.
Dikutip dari kompas. Baca juga tulisan saya di sini.

Jadinya intinya menurut saya, selingkuh itu mengingkari pernikahan. Apapun alasan dibaliknya. Setia itu butuh usaha. Pentingnya menjaga dan memelihara cinta. Banyak isteri yang merasa suaminya berubah sejak menikah. Jaman pacaran I love you pas nikah jadi barang langka. Sebelum nikah super mesra pas halal malah cuek bebek. Jadi kadang merasa terabaikan.

Maka dari itu menjaga cinta itu penting. Dan tiap pasangan punya cara berbeda. Ada yang sebelum tidur menyempatkan diri untuk pillow talk, ada yang menyiapkan kejutan kecil seperti kata Mba Vera, ada yang dengan sentuhan kecil, cuddling misalnya, ada yang yuk kita nonton berdua, ada yang menyempatkan diri liburan berdua aja. Apapun lah. Jangan karena sudah menikah yawislah aman. Aku percaya kamu. Kamu percaya aku. Lantas bodo amat sama pasangan. Duit lancar, shopping ada, rumah punya, mobil oke, tapi asa rasa yang dulu pernah ada jadi tak ditemukan lagi adalah celah untuk jatuh cinta lagi, pada orang lain. 

Saya pernah baca tulisan tapi lupa dimana.
Setelah menikah, perempuan berharap suaminya tidak berubah. Sebaliknya. Setelah menikah, laki-laki berharap isterinya berubah.

Mari sama-sama jaga pernikahan. Pernikahan diri sendiri ya. Ngga usah bergosip mengurusi pernikahan orang lain, lol.

-- Tulisan ini adalah sebaik-baiknya bahan saya untuk instrospeksi diri. Bukan menggurui. Ini adalah opini saya. Boleh kok beda pendapat. Toss dulu.


 




No comments:

Post a Comment