Monday, November 9, 2020

Menyapih (yang belum berhasil)

Usia Keefe bulan ini tepat dua setengah tahun. Keefe berhasil lepas diapers pada usia genap dua tahun (baca: menyapih diapers) tapi masih nenen di usia nya sekarang. Siapa yang paling menginginkan Keefe berhenti nenen tentu ibunya yang sudah rindu tidur nyenyak tanpa terbangun karena anak minta nenen, hufft. Yang paling bikin ngelus dada adalah saat enak-enak makan ada bocah yang merajuk minta nenen. 

Keefe (K) : Bukk, nenen buuukk nenen.

Ibuk (I) : Loohh Kan Keefe . . .

K : Kan Keefe udah besay, jadi ngga boyeh nenen. Nenennnn bukkk

I : Ibuk belom makan, nenen nya masih kosong

K : Cobain dulu Cobaaaa buuukkk. Nenen Bukkk 

-------proses nenen--------

K : Kosong bukk. Sana ibuk Makan, diisi.


Konon, perkara sapih itu butuh kesiapan tidak hanya dari ibu tapi juga dari anak. Tapi sebenernya ngga sih. Saya siap sesiap-siapnya untuk menyapih, tapi saya ngga siap aja kalau Keefe berhasil lepas dari saya tapi malah lebih terikat ke botol susu. 

Mama saya pernah bilang agar Keefe tidur sama mama sambil ngedot. Tapi buat saya dot itu bukan solusi persapihan, jadi bak mengatasi masalah dengan masalah. Pernah suatu malam pas Keefe udah ngantuk-ngantuk abis nenen, tiba-tiba dia minta tidur sama mama. Tidurlah Keefe sama mama. Setelah puas nonton drakor, saya jemput Keefe di kamar mama, lebih baik tidur saya terganggu daripada mama kasih Keefe susu pake dot.

Mama saya juga pernah nyeletuk, "coba aja kasih minyak, atau yang lain". Pertama, saya masih kekeuh untuk  menyapih tanpa membohongi. Kedua, saya ngga mau gambling, udah dikasih minyak or something terus Keefe bilang "mandi dulu buk", walaahh nambahin perkara.

Mengingat dulu saya memulai untuk menyusui Keefe dengan drama saya ngga mau mengakhiri ini dengan drama. Biarlah saya bersabar demi dapat diakhiri dengan baik.

Flashback di hari kelahirannya, saya mangkel, sebel, makan ati sama pihak RS yang "memaksa" untuk memberikah Keefe sufor karena Keefe lahir dengan proses sesar. Saya bilang bahwa saya akan susui Keefe di hari ketiga karena tau bahwa bayi masih menyimpan cadangan makanan dan mampu bertahan selama tiga hari. Singkat cerita, akhirnya saya kalah karena Keefe diberi sufor setelah beberapa jam kelahirannya.

Sedih, kecewa, merasa ibu yang gagal, adalah perasaan saya waktu itu. 

Tapi sebagai seorang calon ibu saya juga salah. Saya tidak belajar dan tidak mencari tahu, apa yang harus saya lakukan dengan newborn. Yang saya pelajari adalah apa yang saya alami saat itu. Jadi waktu hamil, saya hanya belajar menjadi ibu hamil, pergerakan janin, ukuran janin, apa yang harus saya lakukan jika perut sakit dan sebagainya. Saya ngga pernah cari tahu tentang perASIan #failed

Dari segi perpompaan saja, saya salah beli. Saya kira saya beli pompa asi, ternyata saya beli Silicon breast pump (SBP) yang menurut saya-lebih efektif untuk menyedot ASI jika payudara lainnya dipompa atau disusui langsung. Setelah bisa duduk dengan menahan sakit yang bikin saya misuh-misu, saya coba memakai SBP dan gagal. 

Saya mulai uring-uringan ketika PD mulai mengeras, pompa ASI tidak ada, dan menyusui waktu itu super duper sakitnya. Saya menangis waktu menyusui Keefe. Bukan menangis cantik, tapi menangis sambil teriak sakit, "aduh aduh aduuuhh". Jadilah hari-hari saya bagaikan mimpi buruk. 

Ditambah Keefe yang kata orang waktu itu rebutan nenen sama makhluk lain karena doi kaya susah menggapai puting saya. Padahal doi mah bingung puting aja, gegara kenal dot duluan daripada payudara ibunya. Dulu yaa, proses menyusui sungguh drama karena Keefe menangis-jangankan ngenyot-payudara saya sudah di mulutnya, dia kaya ngga tau gitu-setelah berhasil ngenyot giliran saya yang nangis-sakit sis-bukan terharu (baca: drama melahirkan dan drama newborn). 

Saya inget gimana waktu mama begadang gendong Keefe, saya mainan hp. Bukan main hp biasa, saya browsing gimana caranya menaikkan produksi ASI, saya terus mompa meski yang keluar cuma bikin kotor dinding botol. Hari-hari saya ngga lepas dari HP, karena tanya teman, tanya IG, baca Highlight dokter-dokter sehingga Keefe benar-benar lepas sufor di hari ke tujuh. 

Dua minggu pasca lahiran, saya terpaksa harus berobat ke Surabaya karena jahitan sesar yang "ngga beres". Saya sekalian bawa Keefe konsultasi ke dokter, karena menurut mama, perut Keefe kembung jadilah dia rewel mulu. Dan dsa memarahi saya karena tau saya beri Keefe sufor dengan dot. Setelah itu perlahan tapi pasti durasi Keefe ngedot berkurang, ngga pernah sama sekali, sampai akhirnya saya bingung bin galau karena Keefe bingung dot padahal cuti saya berakhir.

Saya inget banget, gimana saya rempong pumping di bis Surabaya-Pamekasan yang penuh sesak, dibantuin mama nutupin dan nyuapin saya yang pumping dalam bis. Seneng banget ketika botol penuh. Ke Jakarta yang dibawa bukan baju tapi sterofoam box, cooler bag, breast pump dan printilannya. Ke mall bukan pake tas cantik tapi cooler bag. Tiap jumat beli es batu dan garam, set ASIP beku agar tetap beku sesampainya di Pamekasan dalam sterofoam box. 

Maka, jika dalam dua setengah tahun Keefe belum lepas nenen, maka saya bukan gagal, tapi justru berhasil mempertahankan idealisme (menurut saya) Weaning With Love versi saya. Doakan berhasil sapih sebelum tiga tahun.