Friday, August 31, 2018

Saya Pelaku Mom War

Dulu jauh sebelum menikah, ketika sarapan sesaat sebelum pelatihan, saya mendengar perdebatan ibu-ibu, teman sejawat, tentang siapa yang mengasuh anak mereka saat ditinggal kerja. Ada kubu ibu yang anaknya diasuh asisten rumah tangga, keluarga, dan ada pula yang memasrahkan anak mereka di daycare. Sambil makan, saya mendengar "perang" ibu-ibu tersebut, yang ngotot bahwa pilihan mereka paling benar dengan mem-breakdown satu persatu keburukan pilihan kubu lain. Saat itu dipikiran saya adalah, "halah, anak sama-sama dititipin aja ribut". Sekarang, saya pikir, untungnya semua ibu saat itu adalah ibu bekerja, waahh jika ada satu lagi wujud ibu rumah tangga di rumah sungguhlah perang dunia akan berlanjut.

Saya gemar membaca tentang dunia parenting sejak status KTP masih belum kawin, yang membawa saya mengetahui istilah mom-war.

Ibu (rumah tangga) yang bekerja vs Ibu rumah tangga (yang di rumah)
ASI vs Sufor
Persalinan pervaginam vs Persalinan caesar

Tahu jeleknya, Lantas apakah saya bukan pelaku mom-war?

Dulu teman bercerita bahwa dia ingin melahirkan secara sc karena ogah merasakan sakit melahirkan normal. Sebagai seorang single, pada saat itu, dalam hati saya bergumam, "masa sih gitu, masa ga mau coba lahiran normal dulu, kan ibu sejati lahiran normal, bukan sc". Wah saya punya bakat mom war sebelum jadi ibu, hamil pun belum merasakan.

Setelah hamil dan melahirkan ternyata indikasi mom war dalam diri saya tetap ada. Apa itu?

Paling sederhana adalah soal ASI. Saya tau dan saya yakin bahwa ASI adalah rejeki. Rejeki tiap orang kan berbeda. Jadi, saya berusaha untuk tidak menghakimi ibu yang memberikan sufor pada anak-anak mereka. Toh saya pun pernah memberikan sufor pada Keefe, bahkan sebelum Keefe kenal ASI. Tapi, ada satu titik dimana saya rasa saya sudah judge ibu-ibu lain yang menurut saya kurang optimal memberikan ASI karena kurang cari tau informasi soal per-asian dan kurang usaha dalam memberikan ASI. Selain itu, seringkali saya dihinggapi rasa riya' karena mampu tetap memberikan Keefe ASI eksklusif padahal kami tinggal berjauhan. Ya, weekdays status saya berubah menjadi mama eping (exclusive pumping) karena saya harus bekerja di Surabaya sementara Keefe diasuh emaknya (mama saya) di Pamekasan. Setiap selesai pumping di tempat kerja, tidak jarang saya ingin memamerkan volume asi yang saya dapatkan pada ibu-ibu lain. Ketika pikiran itu terbersit, ketika itu pula saya merasa tidak ingin menyimpan ASIP di kulkas kantor. Saya takut, saya benar-benar riya' dan pamer. Biasanya, ketika pikiran itu ada, saya simpan dulu ASIP di cooler bag yang saya bawa, sampai pikiran saya tenang lalu saya bawa untuk saya simpan di kulkas kantor. Apakah rasa-rasa negatif itu hilang? Tidak, tetap ada rasa bangga diri yang ingin saya tunjukkan pada orang orang bahwa saya bisa untuk memberikan ASI meski LDR dengan anak. Setiap langkah saya menuju kulkas masih tersimpan rasa riya' dan pamer.

Tulisan ini adalah bagian dari introspeksi diri saya. Saya benci setiap materi dari mom-war tapi nyatanya saya juga pelaku. Saya tau tiap ibu berbeda, rejeki berbeda, tapi ada satu titik dimana saya menyamakan itu semua. PR saya untuk menghilangkan jejak-jejak mom-war dari dalam diri. Tapi sekuat tenaga, akan saya simpan rasa su'udzon saya pada ibu lain. Sebisa mungkin tidak mencampuri urusan parenting, tidak menggurui (kecuali ditanya), dan tidak menghakimi  secara langsung ataupun di belakang (diam-diam membicarakan). Biarlah itu tersimpan dalam hati dan pikiran, tidak pernah dikeluarkan lewat lisan saya.

Demikian,
Elv

Thursday, August 30, 2018

Alasan Blogging

Well, kenapa akhirnya saya memilih untuk menulis di blog adalah karena saya terlalu malu dan terlalu takut untuk share tulisan saya di media lainnya. Di Instagram, saya sering menulis panjang tapi dalam jangka waktu tertentu, saya lebih sering menghapus postingan tersebut atau biasanya sekedar saya tulis di stories lalu saya save sebagai highligt. Kenapa?

Saya terlalu malu karena saya belum bisa merangkai kata demi kalimat yang baik. Takut apa yang saya tulis menyakiti orang lain. Prinsip saya, sharing is (not) always caring. Jadi, apa yang saya tulis di blog hanya akan saya share linknya di Ig dan media lainnya. Yang tertarik tinggal klik link dan yang tidak ya tidak perlu baca.

Sebenar-benarnya dari blog ini adalah dari saya, oleh saya, dan untuk saya agar saya tidak lupa setiap detil cerita hidup saya, Alhamdulillah jika bisa jadi pembelajaran buat semua. Yaa, karena belajar dari pengalaman hidup orang lain adalah berarti tanpa harus dialami sendiri. 

love,
elv