Tuesday, November 6, 2018

Keluh Kesah Ibu (yang gagal)

Terhitung dari hari Minggu kemarin, perasaan saya ngga karuan, marah, kecewa dan sedih. Alhasil sampai detik saya menulis ini produksi ASI terjun bebas. Makin stres lihat volume ASI setelah pumping makin merosot produksi, sedih akutu.

Setiap perempuan pasti pengen tinggal bareng keluarga, pulang kerja disambut anak dan menunggu suami mencari nafkah. Saya, ibu satu anak yang jauh dari anak dan suami. Sedih? Nggak, entah mungkin naluri keibuan saya kurang atau bahkan ga ada. Tapi percaya ga percaya dari pertama kali ninggalin Keefe sama emaknya (mama saya) saya ga nangis. Saya percaya ini yang harus saya dan Keefe jalani dan saya percaya saat ini Keefe terbaik diasuh mama saya. Jadi ngga ada perasaan sedih waktu harus ninggalin Keefe kerja.

Pertama kali menangis dengan rasa bersalah memuncak adalah saat "memaksa" Keefe minum ASIP. Sebelum kenal dengan puting saya, Keefe lebih dulu kenal dot, sehari hari selama cuti selain direct bf saya juga membiasakan Keefe minum dari dot. Tiap malam Keefe kolik, saran dsa stop minum dari dot. Alhasil, Keefe bingung dot. Segala macam media minum ASIP dicoba, segala bentuk dot dibeli dari murah sampai yang bikin kantong kering.

Karena belum bisa minum dari dot tapi cuti melahirkan saya sudah habis , saya ajak Keefe ke Surabaya tinggal di kos dengan mama saya. Hari kedua saya ditelpon mama diminta cepet pulang karena Keefe cranky ga mau minum pake sendok dan dot. Saat tiba dikos, saya lihat Keefe saya seperti ditampar, dan jika ada anugrah ibu durhaka pasti saya pemenangnya. Saya seakan benar-benar mengorbankan Keefe, memaksa dia untuk mengerti kondisi orangtuanya. Saya menangis melihat kondisi Keefe yang mungkin sudah haus dan lapar tapi tidak bisa minum dan makan. Lucky me, hari Sabtu di minggu pertama saya bekerja, Keefe tiba-tiba bisa ngenyot dot dengan mudah. Dotnya baru, Pigeon Soft Touch. Alhamdulillah. Minggu sore saya berangkat ke Surabaya. Tidak menangis.
Double lucky me, Keefe ga bingung puting seperti yang saya takutkan. Jadi setiap weekdays, Saya adalah eping mom, tapi saat weekdays sebisa mungkin saya susui Keefe secara langsung.

Lalu, apa yang buat saya sedih, kecewa, dan marah. Saya marah dengan diri sendiri dan dengan orang terdekat. Saya marah dengan diri sendiri karena saya tidak mampu melawan keegoisan orang demi kenyamanan Keefe. Saya marah karena saya tidak mampu marah di depan orang untuk melindungi Keefe.

Hari itu, di depan mata saya melihat Keefe menangis kejer dipaksa agar mau digendong, saya marah tapi saya ga sanggup berbuat apapun.

Segala teori parenting yang sudah saya konsepkan untuk membesarkan Keefe seakan bubar jalan.

Tapi, detik ini, saya berjanji sekuat tenaga melindungi Keefe, perasaannya maupun fisiknya. Saya berjanji menjaga perasaan saya karena muak terus menerus merasakan rasa bersalah terhadap Keefe atas kejadian yang sama yang berulang.

No comments:

Post a Comment