Tuesday, July 16, 2019

Resiko punya Anak

Saya baru aja pulang dari mol, motoran dari kampus-mol-rumah. (hanya sekadar) Nonton Dua Garis Biru, sendiri. Sebagai (yang kata Dicky) orang yang gampang terpengaruh media sosial, jadilah saya impulsif beli tiket nonton setelah baca komen ibu-ibu jaman now soal film tersebut.

Ini adalah kali kedua saya nonton sendiri. Sebelumnya saya nonton Keluarga Cemara. Padahal mah saya suka ke mol. Tapi juga sering mager. Jadilah saya jarang banget ke mol meski saya suka, lol. Tapi setelah punya anak kaya ada yang mendorong gitu buat bela-belain nontom film keluarga meski sendiri aja. Not bad lah. Kelar nonton saya langsung pulang.

Gimana filmnya bagus ngga? Absolutely, yes. Ngga nyesel saya jabanin nonton sendiri. Film yang buat saya berkaca-kaca sekaligus mikir. Mikir mulu deh.

Dua pasang ortu yang berbeda menyikapi anaknya ketika kedapatan tengah berbadan dua. Terus saya mikir (amit-amit) itu kejadian sama keluarga saya, saya akan seperti apa.

Yaaah janganlah dibayangin yang jelek-jelek. Berusaha aja kasih ilmu agama yang dalam sama anak.

Hey, ayolah. Ngga ada ortu yang mau hal buruk terjadi sama anak, kan. Selain membentuk pondasi agama dsb di keluarga kayanya penting juga untuk memikirkan hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi kira-kira apa sikap kita. Biar ngga kelabakan nantinya. Liat aja, berapa banyak orangtua yang memasukkan anaknya ke pesantren dan berapa banyak dari mereka yang tertangkap narkoba. Berapa banyak pemuka agama yang bertindal cabul. Jadi kayanya semua itu bisa terjadi sama siapapun. (bersembunyi di balik) namanya juga manusia.

Dulu sodara mama saya pernah ngomong, "enak punya anak laki. Punya anak cewe mah susah jagainnya." Kalo liat dari film DGB, sama aja deh. Punya anak cewe cowo sama-sama punya resiko, menghamili atau dihamili.

Ada kalimat dalam DGB yang bikin saya mikir, oh iya juga. Bener juga. Ini salah satu cara mengurangi resiko tersebut yang ampuh menurut saya. Kalimat ibunya Bima ke Bima. Kurleb kaya gini.

"Coba ya Bim, dulu kita sering ngobrol kaya gini. Mungkin hal kaya gini ngga bakal kejadian. Makanya, ibu ngga mau Adam (calon anak Bima) diasuh sama orang. Kamu orangtuanya. Kamu harus sering ngobrol sama anak kamu".

Jleb banget, ya. Menurut saya, Pondasi terkuat adalah komunikasi ortu ke anak. Okelah komunikasi dengan pasangan boleh sulit. Tapi jangan anak. Harus sering-sering ngobrol sama anak. Harus berusaha ngerem untuk motong anak cerita. Apalagi dikit-dikit interupsi buat nyalahin. Ntar doi males cerita sama kita, ya ngga. Apapun baik buruk saya mau saya adalah orang yang Keefe percaya. Saya mau jadi tempat pertama Keefe cerita apapun tentang perasaannya, kejadian yang dia alami, bahkan hal receh sekalipun.

Kalimat kedua pas Dara lagi cekcok sama mamanya. Papa Dara bilang gini, kurleb ya,

Papa Dara : "Kamu coba ya kalo lagi marah sama mama kamu jangan pake nada tinggi."

Dara : "papa juga sama aja"

Children see children do. Wei, pengen anak menghormati orangtua tapi di depan anak ngga bisa menghormati pasangan?

Dan yah banyak banget hikmah-hikmah yang bisa diambil dari film apik ini. Bisa jadi bahan diskusi soal sex education sama anak. Bisa jadi bahan diskusi sama suami (oho) kalau-kalau ini menimpa meski amit-amitlah.

Coba baca artikel di mommiesdaily.com ini deh. Biar cenat-cenut sambil bangun pondasi juga harus mikir kalau hal yang tidak diinginkan terjadi kita mesti apa.

Penutup, kalimat dari mamanya Dara,
"melahirkan itu pekerjaan sekali. Jadi orangtua itu pekerjaan seumur hidup".

No comments:

Post a Comment