Tuesday, December 22, 2020

Kaleidoskop 2020

Hmm. . Terasa atau ngga terasa udah mau akhir tahun nih? Kalau saya, seperti tahun-tahun sebelumnya, di akhir tahun saya seakan terheran karena waktu seperti berjalan  berlari begitu cepat. Sejujurnya, saya adalah orang tanpa rencana apapun, minim cita-cita dan keinginan, maka saya ngga pernah punya resolusi kecuali resolusi ala-ala macam resolusi 2020 yang nyatanya hanya sekadar menjadi konten blog "^^

Dan, entah kenapa di akhir tahun ini, saya macam ingin mencatat apa yang sudah saya lewati selama setahun ini. 

Dari enam rencana saya saya di tahun 2020 (baca: resolusi 2020) hanya ngga sampe setengah yang jalan, haha

Kemarin keramas besok keramas (lagi) adalah hal yang tergagal pertama karena seringnya saya keramas seminggu sekali. Minum air putih lebih banyak juga hal tergagal kedua Ya Allah paringi sehat.

Dana foya-foya ini rasanya ini resolusi yang menurut saya paling sukses di tahun 2020. Thank to cvd19 yang membuat saya makin rutin menggila belanja online. Jika tahun-tahun sebelumnya saya belanja online hanya seputar grocery shopping (sebelum cvd19 saya udah lebih sering belanja bulanan rumtang online loh), beli skinker, dan kebutuhan Keefe, maka tahun ini, abang paket rasanya hafal betul rumah saya. Saya tidak lagi hanya belanja kebutuhan bulanan. Udah ngga terhitung berapa banyak saya beli mainan buat Keefe. Dalam sebulan saya bisa mendatangkan dua-tiga kali paket berisi mainan atau buku untuk Keefe. Kenapa foya-foya? Yaahh karena bukan Keefe yang minta, Keefe ngga pernah minta mainan. NEVER. Sekalipun ditanya doi selalu bilang mainan dan bukunya udah banyak. Tapi bisa beli mainan dan buku buat Keefe jadi kepuasan tersendiri untuk saya. Macam self love-nya unboxing mainan dan buku bareng Keefe, sembari mendengar "wow wow" dari Keefe yang meski menolak dibelikan mainan tetap saja excited saat unboxing paket. 

Masih dana foya-foya, tahun ini sudah tiga kali saya beli tas. Terwow sih buat saya yang sejarang itu beli tas. Terpuas beli tas terakhir kemudian berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi beli tas. Bukan karena pelit, tapi saya bukan tipe perempuan yang harus ganti tas setiap kali pergi, ditambah saya anak rumahan (ceileh). Macam ribet untuk saya harus transfer isi tas ke tas lain setiap mau pergi. Lalu apa pasal saya beli tas? Di awal tahun saya beli totebag untuk bawa perintilan seperti dompet, smartphone, charger untuk dibawa ke kampus selain tas ransel. Sebabnya, jika mampir minimarket saya bisa langsung ambil dompet tanpa putar tas ransel dan jika harus keluar di saat jam kerja saya bisa langsung bawa totebag lebih ringkes menurut saya. Tapi ternyata totebagnya terlalu besar, jadi saya kembali pakai tas kecil yang cukup untuk simpan dompet, dua smartphone, sanitizer, dan kunci ruangan.

Lalu karena harus memberi kuliah online, lantas saya modal beli tablet untuk memudahkan mengajar dan menurunkan rumus. Tas kecil saya masih muat sih, tapi susah masukinnya, akhirnya setelah lama menimbang saya putuskan untuk beli lagi tas yang lebih besar tapi lebih kecil dari totebag. 

Nyatanya semakin besar tas isinya semakin banyak. Saat pergi bareng Keefe tas saya ngga muat, karena harus bawa tissue kering, tissue basah, sanitizer, dompet dan dua smartphone plus tablet, ditambah saya yang malas untuk transfer isi tas ke tas yang lebih besar membuat saya akhirnya beli tas lagi, nyahahahaha.   

Oiya, satu lagi, dompet yang sudah saya pakai dari 2013 akhirnya pensiun, gaes. Saya sedih banget, karena dompet itu adalah dompet hasil jerih payah saya mroyek saat mahasiswa. Tapi demi tas yang lowong, akhirnya saya beli cardholder. Saya emang hampir ga pernah punya uang (tunai). Sejak 2015 hidup saya sudah cashless bisa karena emang bokek juga sih. Saya beli cardholder dua kali. Pertama saya beli cardholder panjang muat sepuluh kartu. Setelah pakai sekian lama, karena masih merasa makan tempat akhirnya saya beli lagi dua cardholder mini yang masing-masing isi lima kartu, hahahaha.  

Dana foya-foya lagi tahun ini saya beli baju, yeyeyeye. Saya tu termasuk jarang beli baju dan tidak pernah beli baju online. Jarang beli baju karena sejarang itu saya nge-mall. Tahun ini saya dua kali beli baju online. Ohiya, saya beli sandal juga, barang yang juga jarang saya beli. Terparah sih, adalah saya kumat beberapa kali lipen. Buat saya ini kesalahan karena saya hampir tidak pernah pakai lipstik loh. Kaya penasaran gitu sama brand-nya lalu impulsif cekot, huhu. Tapi terimpulsif dan saya tau bakal jarang banget saya pakai karena lagi-lagi karena malas adalah saya beli sedotan stainless, ampuunn. 

Untuk beli-beli yang termasuk kebutuhan macam tablet ngga saya masukan dalam dana foya-foya, ya. 

Selanjutnya,

Berani berkata tidak masih menjadi yang saya usahakan sih. Meski sampai detik ini saya masih jadi orang yang tetap berangkat meski ogah tapi adalah kemajuan menurut saya, lol. Saya bahkan berani ambil keputusan untuk berhenti daripada saya dipaksa untuk melakukan. Soal pekerjaan. Bagi saya, ini prestasi karena pada waktu itu saya berada di posisi sulit. BERANI BERKATA TIDAK akan selalu jadi resolusi saya tiap hari, fighting ^^9

Dana pensiun dan Rutin dan tertib mencatat arus uang adalah resolusi yang bukan gagal meski tidak terlaksana dengan baik. Boro-boro dana pensiun, dana pendidikan Keefe aja sempat bolong, meski saya masih bisa hidup berfoya-foya #shameless. Jadi ceritanya, pundi-pundi tabungan saya kuras untuk treatment stunting Keefe, Menulis ini membuat saya merasa menjadi ibu tidak bijak, sebab masih ada dana foya-foya, padahal pikiran dan perasaan saya selalu galau tentang biaya perbaikan kesehatan Keefe. Meski biaya mahal (menurut saya) tapi saya bangga karena mampu mengusahakan sampai sejauh ini. Saya tidak pernah menyesali uang yang keluar dan selalu merasa menjadi ibu gagal karena mutung pengobatan dengan mengkambinghitamkan cvd19. Tidak hanya soal kesehatan gizi Keefe, 2020 ini adalah tahun di mana kok kerusakan di rumah saya banyak sekali. Genteng bocor banget, sumpah. Saya di rumah tapi kehujanan gimana coba? Listrik di rumah mati total. Mesin air mati. Semua seperti ngantre buat diperbaiki atau diganti. Mama saya sampai bilang, "rumahmu butuh dirukyah". Kudu nangis.

Tapi tiga bulan di akhir 2020, saya mulai kembali menata cashflow, setidaknya untuk dana pendidikan Keefe. Alhamdulillah.

Jadi apa resolusi 2021? Kembali menegakka resolusi 2020, ditambah mengusahakan kebahagiaan utnuk diri saya sendiri, tidak meletakkan kebahagiaan saya pada orang lain. Ngga harus tunggu 1 Januari, Resolusi itu akan selalu menjadi resolusi harian saya. Semangat untuk diri ini, fighting ^^9


No comments:

Post a Comment